Tepat sejak tanggal 9 October 2014 resmi secara de facto dan de jure Rajiun menjadi pelaksana bupati Muna Barat atas usulan tunggal gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam. Ini berarti sejak saat itu nasib bayi Muna Barat berada dalam tanggungjawabnya.
Sejujurnya, saya agak sulit menggambarkan sosok Rajiun saat sebelum menjadi pelaksana jabatan Bupati. Yang pasti beliau tentu cukup berprestasi dan berkemampuan untuk bisa diusulkan oleh seorang Gubernur. Paling tidak begitulah dalam perspektif Nur Alam.
Saat bermahasiswa di Sulawesi bagian utara Rajiun adalah atlit bela diri berprestasi. Beliau beberapa kali menyabet gelar juara karate mulai dari lokal, nasional bahkan ajang internasional. Sebagaimana setiap atlet, kedisiplinan, ulet dan tekun berlatih serta sportifitas tentu telah menjadi sifat dan karakter nya.
Rajiun berhasil menginspirasi anak muda lewat bela diri. Pusat pelatihan bela diri makin tumbuh membiak dan berdiaspora di Muna Barat. Sebagai Kabupaten baru yang dinahkodai Rajiun, atlit bela diri Muna Barat nampak berhasil mendominasi di kancah provinsi. Olahraga bela diri dan sifat sportifitas berhasil terinternalisasi menjadi identitas Rajiun Tumada. Kedisiplinan, sportifitas adalah etos kerja yang baik.
Karir birokrasi sebagai kepala satuan polisi pamong praja provinsi adalah fase hidup yang penting. Sekali lagi, paling tidak dari 6 orang yang digadang-gadang dahulu (LM Rajiun sebagai kasatpol PP Pemprov Sultra, Saemu Alwi sebagai asisten I Setda Prov, La Ode Bahrun sebagai Ka Badan Riset, Andi Pili sebagai Kadis Koperasi dan UKM, LM Yusuf sebagai Kepala BNN, Nurdin Pamode sebagai Sekda Muna) untuk menjadi PJ Bupati Muna Barat, ternyata Rajiunlah yang diusulkan tunggal oleh gubernur. Pilihan ini tentu berangkat dari karir nya sebagai kasat Pol PP. Pengalaman dan jaringan birokrasi yang pernah dijalani bisa jadi modal potential bagi Rajiun untuk melanjutkan hingga definitif.
Setiap daerah baru butuh kreatifitas dan inovasi. Stagnasi telah melahirkan frustasi. Itu salah satu alasan pemekaran karena frustasi masyarakat akan pembangunan yang tak kunjung membaik. Beberapa kebijakan kreatif dan inovatif misalnya pembangunan infrastruktur, Festival Selat Tiworo, pembentukan kelompok tani dan mungkin ada yang lain telah coba dilakukan Rajiun. Himbauan kepada jajaran birokrasi Muna Barat untuk tidak berbelanja di Raha dengan tujuan penguatan ekonomi lokal juga hal inovatif. Mungkin jika diberi waktu dan dibantu orang-orang baik lagi kompeten, Rajiun bisa menyempurnakan catatan-catatan pembangunan yang telah dimulainya sejak 2 tahun ini.
Sengaja tulisan ini saya kemas dalam narasi eksploratif untuk menggali sisi baik dari sosok. Saya ingin menumbuhkan harapan kepada setiap orang yang berniat baik untuk Muna Barat. Sebisa mungkin saya menghindari untuk membandingkan Rajiun Tumada dengan sosok kandidat lain hingga kita siap dan dewasa memahami konflik. Memperbandingkan antar kandidat belum lah tiba waktu nya. Jika telah tiba saat nya, perbandingan dan upaya tasdiq (penilaian)akan menjadi keniscayaan takdir.
Beri aku 1000 orang tua maka akan ku cabut Semeru dari akar-akarnya. Beri aku 10 Pemuda maka akan kuguncangkan dunia~ Bung Karno.
Penulis : Adhyanti, S.Gz
Penulis adalah Pemuda Muna Barat, penggagas group Muna Barat Watch (MBW).
0 komentar:
Posting Komentar