orenovasi.com JASA DESAIN DAN RENOVASI TERPERCAYA DI KENDARI


anakUHO.com™

close

ayo dukung gerakan seribu seragam sekolah dari GKM

ayo dukung gerakan seribu seragam sekolah dari GKM

KABAR TERBARU DAN TERKINI DI MunaBarakati Pos

WHY ALWAYS PEGAWAI? "Harapan Mainstream Pengangguran Muna"

MunaBarakati Pos - Secuplik Cerita, Hari itu Bapak menyuruh saya untuk membeli sebuah pancuran air di toko tua yang tak jauh dari kompleks rumah saya. Seingat saya pancuran air di rumah kala itu sedang ‘komplikasi akut’ hingga Bapak memutuskan untuk menggantinya. Toko tersebut beberapa tahun yang lalu berfungsi sebagai rental Playstation. Terhitung tak pendek masa seumuran SMP-ku kuhabiskan disitu. Hingga Sang Owner begitu mengingatku dengan baik walaupun belasan tahun tak melihat wajah eksotikku ini (Winto diri sedikit ahh.. haha).

Si Owner menyambut kaget dengan kedatanganku, “Eh, Bos?, lama sekali tak jumpa Bos”. “Iya Bang, masih ingat pale dih? Haha.. “ balasku dengan tawa kecil. “Dimana sekarang?, sudah jadi pegawai?” Tanyanya sambil tersipu. “Hahaha.. saya mau jadi penjaga lorong saja Bang” Tukasku nyeleneh sembari tersenyum tipis tapi manis (Wkwkwk.. winto diri lagi)

Percakapan kecil itu berlanjut soal harga, hingga transaksi selesai. Kukendarai motor sambil kupikul pipa paralon itu di bahu kiriku. Hingga di rumah, dibenakku masih terngiang pertanyaan telaknya “Dimana sekarang?, sudah jadi pegawai?”- “Dimana sekarang?, sudah jadi pegawai?”- sudah jadi pegawai?”- “jadi pegawai?”- “pegawai” -“wai?” -“wai?” (ala-ala bergema ditelinga *didramatisir sedikit kune hehe).

Ada berpuluh-puluh cuplik adegan yang ber-genre seperti itu dilipatan kisah hidup saya. Orang-orang di kampung saya (sebenarnya kota) sepertinya menganggap cita-cita hanyalah pegawai belaka. Atau ekstremnya dibilang ‘belum sukses kalau belum jadi pegawai. Maaf, saya tidak menggeneralisir. Mindset itu telak mendarah daging di otak-otak sebagian besar orang yang saya temui di kota ‘Jati’. "Betul kasihaan! to? to?"




WHY ALWAYS PEGAWAI?

Pegawai adalah suatu profesi idaman banyak orang. Betapa tidak, banyak hal-hal menyamankan yang kita bisa peroleh dari profesi ini. Fasilitas, gaji bulanan, tunjangan, asuransi dsb yang didapat begitu menyiratkan suatu kesan amannya finansial seseorang. Singkat dikata, profesi pegawai adalah zona nyaman. Segala bentuk kenyamanan tersebut tentunya bersumber dari keuangan negara/daerah.

Dalam teritori daerah/negara, anggaran untuk menyelenggarakan pemeritahan telah ditetapkan dalam suatu peraturan perundang-undangan. Anggaran tersebut dimanajemen sedemikian rupa untuk mensejahterakan kehidupan berbangsa-bernegara ini. Dari sudut pandang ekonomi, negara dapat diibaratkan sebagai bentuk badan usaha raksasa. Dimana bagian dari unsur karyawan penyelenggaranya adalah pegawai.

Dalam konteks kekinian, negara ini telah dimanjakan dengan adanya otonomi daerah. Otonomi daerah memberikan keleluasaan daerah untuk mengelola keuangannya sendiri untuk mensejahterakan masyarakatnya. Belanja pegawai adalah bagian dari porsi anggaran dalam suatu anggaran pendapatan belanja.

Hasil riset sebuah lembaga transparansi menunjukan separuh lebih daerah di seluruh Indonesia mengalokasikan APBD untuk belanja pegawai. Pada tahun 2011 saja, terdapat 298 yang mengalokasikan belanja pegawai di atas 50% dan meningkat menjadi 302 daerah pada tahun 2012. Bahkan 11 daerah diantaranya menganggarkan belanja pegawai diatas 70 persen.

Yang pasti, Kabupaten Muna belanja pegawainya diatas 50%. Seingatku itu jadi salah satu alasan klasik sakti mandraguna Si Pimpinan Daerah ketika ditanya kenapa pembangunan (fisik pun non fisik) di Muna agak ‘katompa’ dibanding Kabupaten lainnya di Sulawesi Tenggara ini. Hari ini masih ‘Katompa’ semoga tidak ‘Fongara Semie’ dibanding Kabupaten lain di Sulawesi Tenggara ini.

Kalau sudah begitu, sudah barang tentu bahwa tujuan otonomi daerah untuk mensejahterakan masyarakat daerah sulit tercapai, karena sebagian besar APBD terkuras untuk belanja pegawai.
Sederhananya, bagaimana suatu perusahaan mau maju kalau anggarannya nyaris habis dicekoki hanya untuk gaji pegawai?

Kebijakan moratorium penerimaan pegawai yang baru-baru ini merupakan suatu proses introspeksi kepegawaian kita yang jumlahnya membludak serta jauh kata efisien. Beban negara yang begitu berat dalam pembiayaan belanja pegawai tidak diikuti dengan produktivitas kerja yang baik. Paradigma ‘old pubic administration’ yang betah dibudayakan menempatkan masyarakat tidak sebagai yang terlayani.

**
Sebagai suatu negara yang dikategorikan negara berkembang, Indonesia memiliki rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global. Harus diakui bahwa Muna hari ini mencerminkan itu. Didata-data yang ada kita tergambarkan oleh sebagai negara yang kebanyakan penduduknya miskin, kemajuan teknologi masih sangat kurang dimaksimalkan, serta BANYAKNYA pengangguran, BANYAKNYA penangguran dan banyaknya PENGANGGURAN serta banyaknya PENGANGGURAN (Banyak sekali dih.. sebanyak kunci-kunci dunia.. hahaha)

Banyaknya pengangguran merupakan suatu masalah besar. Dari banyaknya pengangguran sekelumit masalah sosial bisa lahir. Pengangguran akan menjadi beban negara. Beban keluarga, beban teman, beban pacar juga tentunya.. "hhmm.. tabehambaku", semoga yang diwisuda hari ini tidak jadi pengangguran.. amiin.

Kondisi daerah kita, bangsa kita yang masih terseok-seok hari ini hendaknya membuat kita berpikir dan bertindak, bagaimana sekurang-kurangnya kita tidak menjadi beban untuk pacar, teman, keluarga, terlebih negara yang kita cintai LEBIH DARI PACAR..
Saya jadi ingat kutipan gagah nan bijaksana dari John Fitzgerald Kennedy, yang mengutip juga dari filsuf Marcus Tullius Cicero, orator dan negarawan Romawi Kuno. Ia mengatakan bahwa ; Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan untuk negaramu.

Dari itu introspeksi kita butuhkan, apa saja yang sudah kita berikan negara ini?, bagaimana dengan masalah banyaknya pengangguran? bukankah itu masalah pribadi yang juga masalah kita bersama?

Dengan terjebak pada paradigma 'sexy'nya profesi pegawai tentu pengangguran-pengangguran hanya bersifat pasif dalam menanti moratorium penerimaan pegawai. Berpikir untuk menjadi pegawai toh cenderung membatasi ruang gerak dan karya kita. Tidak aktif dalam menyelamatkan pengangguran lain, kurang berguna bagi bangsa kayaknya. Syukur-syukur kalau tidak jadi SAMPAH masyarakat..hehe. Masih banyak profesi lain yang lebih keren dan mampu menyelamatkan banyak orang.

Maukah kita berpikir dan bertindak untuk mengurangi beban negara, dan malah membiayai negara? Apakah jadi pegawai itu berarti sudah sukses? Tentu tidak!
Jangan sungkan, beritahu Om-Om, tante-tante kita, yang paksa-paksa jadi pegawai.. bilang ke mereka, bagaimana negara mau maju, jikalau maunya jadi pegawai semua? hehe. Katanya mau jadi negara maju tapi selamatkan diri masing-masing?

Solusi terbaik dari masalah ini adalah kemauan yang keras untuk merubah paradigma kuno yang usang itu. Bagi tiap orang, sukses tentu punya ukuran masing-masing namun SEBAIK-BAIKNYA sukses adalah bagaimana bisa bermanfaat SEBANYAK-BANYAKNYA bagi orang SEBANYAK-BANYAKNYA.
Mau jadi apa kita esok lusa, tergantung apa yang kita pikirkan hari ini, kita kerjakan hari ini. Semoga kita semua Sukses! Amiin



Wallahu a'lam bishowab

SUMBER : PENAUHO.COM
MEDIA INDEPENDEN KAMPUS UHO
BAGIKAN

MunaBarakati Pos Adalah MEDIA ONLINE WARGA MUNA DAN MUNA BARAT''SETIAP TULISAN WARGA MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULISNYA'' ! pembaca yang ingin berbagi informasi/berita/artikel/ide/opini/pendapat dan gagasan melalui MunaBarakati Pos dapat mengirimkan tulisannya melalui email : halo.munabarakatipos@gmail.com.| Semua Artikel Publikasikan Unknown

MunaBarakati Pos satu-satunya media online penyalur opini/berita dari warga muna
    Ayo Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

BACA JUGA BERITA YANG PALING BANYAK DI BACA DI MunaBarakati Pos

ORENOVASI.COM JASA DESAIN & RENOVASI

BACA JUGA BERITA TERKINI LAINNYA