Rakyat digiring masuk terlibat dalam politik praktis. Rakyat lah yang menjadi korban elit politik. Mungkin klaim ini tentunya bukan tanpa dasar. Kesewenang-wenangan elit atau pemimpin,ketidak pedulian nya terhadap kebutuhan masyarakat adalah contoh sebagian kecil yang menjadi bukti sekaligus pengukuh bahwa rakyatlah yang menjadi korban elite politik.
Elitlah yang disalahkan tanpa menyadari bahwa rakyat juga ikut berpolitik. Fakta realita menunjukan bahwa hanya pada saat-saat tertentu para tokoh dan elit politik turun lansung ditengah masyarakat yaitu pada saat kampanye politik menjelang pemilu. Setelah itu rakyat ditempatkan pada tempat yang paling pinggir dan jauh dari perhatian. Keadaan seperti inilah yang membawa frustasi oleh sebagian besar masyarakat. Mereka mengatakan:jika hanya demikian,lantas apa gunanya politik? Apakah politik adalah sebuah keniscayaan atau hanya kesia-siaan? Namun mereka tidak sadar bahwa orang yang menafikan politik adalah mereka yang kalah dan tak mampu dalam bertarung.
Terlepas dari hal itu maka dalam berpolitik harusnya bertujuan mewujudkan kesejahteraan bersama. Politik disampaikan hanya untuk mencapai keadilan. Meminjam teori klasik aris toteles politik adalah usaha yg ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Tentunya berpolitik harus dengan cara-cara yang benar dan memiliki nilai moral. Juga dalam penyampaianya dengan menggunakan akal sehat bukan dengan kemarahan sebagaimana diungkapkan oleh dosen filsafat UI Rocky Gerung "politik indonesia harus disampaikan dengan akal sehat bukan akal miring". Prilaku politik(political bihovicur) yang baik akan menciptakan fakta-sosial yang baik pula.
Penulis: Tata Putramubar
Mahasiswa HUKUM UHO
Foto:dokumentasi,30 juli 2016

0 komentar:
Posting Komentar